Ali Masykur Musa: Jangan Pertentangkan Islam dengan Negara
Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Ali Masykur Musa meminta jangan mempertentangkan Islam dengan Negara. Sebab Indonesia dibangun oleh keberagaman agama. Hal itu disampaikan Ali Masykur Musa saat memberikan kuliah umum dengan materi “Islam dan Kebangsaan” di Aula Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman, Jumat (17/3/2023). Kuliah umum yang diselenggarakan Universitas Jenderal Soedirman bersama dengan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) ini dibuka Dekan FISIP Universitas Jenderal Soedirman dengan memperkenalkan FISIP dengan berbagai jurusan, dosen, dan kegiatan mahasiswa FISIP yang berbasis keagamaan. Hadir dalam kuliah umum tersebut para peserta dari berbagai agama, ras, suku sebagai representasi kehidupan bernegara di Indonesia.
Kuliah umum kali ini mengusung tentang sebuah negara Indonesia yang bersepakat dibangun dengan dasar berbagai agama dan tidak memunculkan suatu agama dalam kehidupan bernegara. Sebab saat ini banyak orang yang merongrong dan ingin mengubah ideologi Pancasila menjadi ideologi berbasis agama yang dapat menimbulkan konflik.
“Negara Indonesia dibangun oleh keberagaman agama dan harus dibangun dengan rasa moderasi yang tinggi. Kehidupan bernegara harus berdasar wathoniyah (berbangsa) dan bassariyah (kemanusiaan) dalam rangka menciptakan keharmonisan,” kata Ali Masykur Musa. Ali menyebut saat ini banyak orang Indonesia yang merongrong dan ingin mengganti ideologi Pancasila dengan Khilafah Islamiyah. Ali mencontohkan berbagai negara di Timur Tengah yang menerapkan sistem khilafah Islamiyah menjadi kegagalan. ”Banyak negara tersebut menjadi tidak kondusif karena terjadi perang setiap waktu,” ucapnya. Ali menyebut, cita-cita membangun negara berbasis keragaman di Indonesia selaras dengan Nahdlatul Ulama (NU). Menurut Ali, Nahdlatul Ulama melalui Resolusi Jihad dan perlawanan terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam mempertahankan negara Indonesia berdasarkan Pancasila. “NU menolak gerakan-gerakan radikal yang terjadi di Indonesia yang membuat kekacauan antara muslim yang satu dengan yang lain dan non muslim padahal para pendiri negara Indonesia bersepakat bahwa keberagaman menjadi komoditas dalam pembangunan negara yang luar biasa,” ujarnya. Ali menyebut Sila Pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” menjadi representasi dan menyatukan keberagaman kepercayaan yang ada di Indonesia. “Realitas yang ada di Indonesia banyak sekali yang merongrong ideologi Pancasila, maka kita wajib mempertahankan ideologi ini sebagai cita-cita para pendiri Indonesia,” tegasnya Ali menegaskan, Indonesia harus tetap dengan ideologi Pancasila sebagai pemersatu keberagaman dan persatuan atas hidup bernegara yang menjadi cita-cita bersama. “Pancasila sudah final sebagai ideologi Indonesia yang tidak boleh diganti,” ucapnya.